PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kelahiran
Muhammadiyah dapat dilacak dari konteks sosial, politik, dan keagamaan umat
islam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Aktivitas pribadi K.H.Ahmad
Dahlan dapat menjadi sumber untuk memahami kelahirannya, demikian pula dengan
kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif terhadap umat
islam. Secara umum muhammadiyah lahir dalam rangka merespon kondisi
sosio-polotik umat islam akibat kebijakan pemerintah Hindia Belanda.[1]
K.H.Ahmad
Dahlan awalnya bernama Muhammad Darwis yang lahir dikampung Kaumam Yogyakarta
pada tahun 1868. Ayahnya K.H.Abu Bakar adalah seorang imam dan khatib masjid
besar Kaumam Yogyakarta, sementara ibunya Siti Aminah adalah anak K.H.Ibrahim,
penghulu besar di Yogyakarta.[2]
Persyarikatan
Muhammadiyah merupakan amanat umat yang didirikan dan dirintis oleh K.H.Ahmad
Dahlan untuk kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan agama islam sehingga
terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, menjadi
tanggung jawab seluruh warga dan lebih-lebih Pimpinan Muhammadiyah diberbagai
tingkatan dan bagian untuk benar-benar menjadikan organisasi (Persyarikatan)
ini sebagai gerakan dakwah islam yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang
kehidupan.
Setiap
anggota kader, dan pimpinan Muhammadiyah berkewajiban memelihara,
melangsungkan, dan menyempurnakan gerak dan langkah persyarikatan dengan penuh
komitmen yang istiqomah, kepribadian
yang mulia (shidiq, amanah, tabliq, dan fathanah),
wawasan pemikiran dan visi yang luas, keahlian yang tinggi, dan amaliah yang
unggul sehingga Muhammadiyah menjadi gerakan islam yang benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang makalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1.
Bagaimana Struktur Persyarikatan Secara
Horizontal dan Vertikal?
2.
Apa Perbedaan Majelis
dan Lembaga?
3.
Bagaimana Kedudukan dan
Fungsi Organisasi Otonom Muhammadiyah (ortom)?
4.
Bagaimana Pembinaan dan
Pengkaderan AMM?
C.
Tujuan
Masalah
Adapun
Tujuan dari Penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui dan
memahami Struktur Persyarikatan Secara Horizontal dan Vertikal.
2.
Untuk mengetahui dan
memahami Perbedaan Majelis dan Lembaga.
3.
Untuk mengetahui dan
memahami Kedudukan dan Fungsi Organisasi Otonom Muhammadiyah (ortom).
4.
Untuk mengetahui dan
memahami Pembinaan dan Pengkaderan AMM.
PEMBAHASAN
A.
Struktur
Persyarikatan Secara Horizontal dan Vertikal
Struktur
Horizontal :
1.
Majelis Tarjih dan
Tajdid.
2.
Majelis Tabligh.
3.
Majelis pendidikan
tinggi.
4.
Majelis pendidikan
sekolah, madrasah, dan pesantren.
5.
Majelis pendidikan
kader.
6.
Majelis pelayanan
kesehatan umum.
7.
Majelis pelayanan
sosial.
8.
Majelis ekonomi dan
kewirausahaan.
9.
Majelis wakaf dan
kehartabendaan.
10. Majelis
perberdayaan masyarakat.
11. Majelis
hukum dan HAM.
12. Majelis
lingkungan hidup.
13. Majelis
pustaka dan informasi.
Struktur
Vertikal :
1.
Pimpinan Pusat.
2.
Pimpinan Wilayah.
3.
Pimpinan Daerah.
4.
Pimpinan Cabang.
5.
Pimpinan Ranting.
Nama
Lembaga :
1.
Lembaga pengembangan
cabang dan ranting.
2.
Lembaga Pembina dan
pengawas keuangan.
3.
Lembaga penelitian dan
pengembangan.
4.
Lembaga penanggulangan
bencana.
5.
Lembaga zakat, infaq
dan shadaqah.
6.
Lembaga hikmah dan
kebijakan publik.
7.
Lembaga seni budaya dan
olahraga.
8.
Lembaga hubungan dan
kerja sama internasional.
Nama
ortom :
1.
Aisyiyah.
2.
Pemuda Muhammadiyah
(PM).
3.
Nasyi’atul ‘Aisyiyah
(NA).
4.
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM).
5.
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM).
6.
Tapak Suci Putra
Muhammadiyah (TSPM).
7.
Hizbul Wathon.[3]
B.
Perbedaan
Majelis dan Lembaga
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4, Lembaga berarti badan (organisasi) yang
tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.[4]
Contoh
lembaga yang ada diMuhammadiyah :
a.
Lembaga Lingkungan
Hidup.
Lembaga
Lingkungan Hidup (LLH) merupakan salah satu badan pembantu pimpinan,Pimpinan
Pusat Muhammadiyah. didirikan pertama kali dengan nama Lembaga Studi dan
Pemberdayaan Lingkungan Hidup pada Mukhtamar Muhammadiyah ke-44 tahun 2000
dijakarta. Pendirian LLH bertujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang
mengetahui, memahami dan mampu mengembangkan kehidupan yang seimbang dalam
pengelolaan lingkungan hidupnya sehingga terwujud masyarakat islam yang
sebenar-benarnya.
a.
Lembaga Pustaka dan
Informasi.
Lembaga
pustaka dan informasi (LPI) adalah pengembangan dari bagian Taman pustaka yang
didirikan tahun 1920 dan diprakarsai langsung oleh K.H.Ahmad Dahlan bersama
kiai Sujak, kiai ibrahim, dan H.mochtar. Pendiri Muhammadiyah itu sadar betapa
pentingnya pendidikan dalam rezim kolonial untuk membangun kesadaran sejarah
dan kebangkitan kader-kader islam.[5]
Majelis berarti dewan yang
mengemban tugas tertentu mengenai kenegaraan dan sebagainya secara terbatas.
Contoh Majelis yang ada di
Muhammadiyah :
a.
Majelis Ekonomi
Dalam
anggaran dasar Muhammadiyah disebutkan, "membimbing masyarakat ke arah
perbaikan kehidupan dan penghidupan ekonomi sesuai dengan ajaran islam dalam
rangka pembangunan manusia seutuhnya. "Oleh karenanya, majelis ini lahir
untuk mendorong dan menginisiasi seluruh warga Muhammadiyah untuk
berwiraswasta, berdagang, baik dengan skala kecil maupun sedang dengan
mengedepankan prinsip gotong royong, koperasi, atau sistem kekeluargaan dalam
rangka memajukan perekonomian warga Muhammadiyah. Majelis Ekonomi
memformulasikan gerakan sistem jamiah atau jaringan ekonomi Muhammadiyah
sebagai bagian tak terpisahkan dari gerakan dakwah Muhammadiyah secara umum.
b.
Majelis Pemberdayaan
Masyarakat.
Majelis
Pemberdayaan Masyarakat (MPM) adalah badan pembantu pimpinan persyarikatan guna
membumikan visi sosial Muhammadiyah. Tercetusnya komitmen pemberdayaan sosial
dan segenap potensi masyarakat dan umat ini tidak terlepas dari tuntutan yang
dihadapi oleh Muhammadiyah untuk dapat berpihak dan membela problem-problem
masyarakat diakar rumput dan komunitas mustadh'afin dalam berbagai ruang
lingkup dan variasinya. Majelis ini berperan menjawatahkannya pada tingkat
praksis sosial yang lebih nyata dan lebih responsif terhadap
kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan umat.
c.
Majelis Tabligh
Merujuk pada
surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 108/SK-PP/11-B/8.c/1996, Majelis
Tabligh memiliki tugas pokok memimpin pelaksanaan dakwah dibidang tabligh
secara terencana dan dalam program yang jelas meliputi seluruh aspek kegiatan
dakwah. Secara umum program kegiatan majelis ini meliputi kegiatan pembinaan
terhadap umat islam, pelatihan dan peningkatan kualitas mubalig serta
pengembangan model dan metode dakwah kontemporer guna menyikapi perkembangan
zaman.
d.
Majelis Tarjih dan
Tajdid
Majelis Tarjih
adalah lembaga yang membidangi masalah-masalah keagamaan di Muhammadiyah.tahun
1995 pada Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh, nama majelis tarjih
dikembangkan menjadi Majelis Tarjih dan pengembangan pemikiran islam dan pada
muktamar ke-45 tahun 2005 di Malang, Jawa Timur, nama majelis diubah menjadi
Majelis Tarjih dan Tajdid yang melatarbelakangi perubahan nama itu adalah dalam
perkembangannya Majelis tarjih tidak hanya mentarjih masalah-masalah
khilafiyah, tetapi juga mengarah pada penyelesaian persoalan-persoalan kontemporer.
Perubahan nama ini juga mempertegas komitmen Muhammadiyah untuk kembali pada
etos awal pertumbuhan dan perkembangannya sebagai gerakan pembaru (Tajdid). Majelis
Tarjih dan Tajdid berada digarda depan sebagai pemasok pemikiran keislaman yang
bercorak reformis bagi semua organ Muhammadiyah lainnya dan mampu menjawab
persoalan-persoalan kekinian yang dihadapi warga persyarikatan.
e.
Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sebagai organisasi yang menghimpun para ulama dari berbagai
organisasi Islam di Indonesia. MUI berfungsi sebagai Dewan pertimbangan syariah
nasional untuk mewujudkan Islam yang penuh rahmat bagi kehidupan masyarakat.[6]
C.
Kedudukan
dan fungsi Organisasi Otonom Muhammadiyah (Ortom)
Organisasi
otonom atau sering disingkat Ortom adalah badan yang dibentuk dan ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan fungsi khusus. Dalam Anggaran
Dasar Muhammadiyah disebutkan, Organisasi Otonom ialah satuan organisasi
dibawah Muhammadiyahyang memiliki wewenang mengatur rumah tangganya sendiri,
dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah.
Ortom
diberi kewenangan mengelola urusan internalnya dan menggunakan hubungan pola
komunikasi dengan PP Muhammadiyah. Ortom juga diberi kewenangan untuk
menyusun dan merumuskan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga dengan merujuk pada tujuan persyarikatan.
Dilingkungan Muhammadiyah terdapat tujuh ortom dengan kekhususan bidang garapan
masing-masing iyalah :[7]
a.
‘Aisyiyah
Sebelum menjadi
organisasi, ‘Aisyiyah bermula dari kelompok pengajian khusus untuk perempuan
yang diadakan oleh K.H.Ahmad Dahlan bersama istrinya Nyai Walidah, kelompok
pengajian ini kemudian dikenal dengan nama Sapa Tresna. Setelah Muhammadiyah
didirikan pada tahun 1912, K.H.Ahmad Dahlan bersama Nyai Ahmad Dahlan,
sahabat-sahabat, dan murid-muridnya mulai menggagas berdirinya bagian perempuan
yang benar-benar mendapat penggemblengan dan dipersiapkan untuk menjadi
pengurus dalam bidang Muhammadiyah hanya enam orang, yaitu Siti Dawimah
(saudara sepupu H. Fachruddin), Siti Dalalah (menantu K. H. Ahmad Dahlan, Siti
Busro (putrid K. H. Ahmad Dahlan), Siti Wasingah dan Siti Badilah Zuber.
Nama ‘Aisyiyah
dicetuskan oleh H. Fachruddin, dan dianggap nama yang paling tepat sebagai
organisasi perempuan dalam Muhammadiyah. Nama ‘Aisyiyah dianggap tepat karena
diharapkan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan ‘Aisyiyah istri Nabi
Muhammad SAW. Yang selalu membantu suaminya dalam berdakwah. Setelah secara
aklamasi perkumpulan itu diberi nama ‘Aisyiyah, kemudian diadakan semacam
upacara peresmian yang waktunya bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW yang diadakan oleh Muhammadiyah untuk yang pertama kalinya, pada
tanggal 27 Rajab 1335 H yang bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 M.
Susunan pengurus
bagian ‘Aisyiyah pada saat awal pembentukannya adalah sebagai berikut: Siti
Bariyah (ketua), Siti Badilah (penulis), Siti Aminah Harowi (bendahari), Ny. H.
Abdullah (pembantu), Ny. Fatmal Wasool (pembantu), Siti Dalalah (pembantu),
Siti Wasingah (pembantu), Siti Dawimah (pembantu), Siti Busro (pembantu) Dalam
perkembangan selanjutnya, pada tahun 1939 ‘Aisyiyah pernah menjadi organisasi
yang mandiri, berdiri sendiri sejajar dengan Muhammadiyah, bukan lagi menjadi
bagian atau majelis dari Muhammadiyah. Tahun 1961 ‘Aisyiyah kembali menjadi
Majelis ‘Aisyiyah dalam struktur Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sejak tahun 1966
‘Aisyiyah menjadi organisasi ortonom Muhammadiyah yang mempunyai wewenang penuh
mengelola, membina, dan mengembangkan organisasi. ‘Aisyiyah adalah organisasi
yang bersifat nasional, kawasannya meliputi seluruh kepulauan Indonesia.
Struktur organisasi ‘Aisyiyah terdiri dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA),
membawahi Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) yang mengurus ‘Aisyiyah pada tingkat
provinsi. Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah membawahi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA)
yang mengurus ‘Aisyiyah pada tingkat kabupaten/kotamadya. Pimpinan Daerah
‘Aisyiyah membawahi Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA) yang mengurus ‘Aisyiyah
pada tingkat kecamatan. Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah
‘Aisyiyah
merumuskan tujuan organisasinya sebagai berikut: “Menegakkan ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin sehingga tercipta
masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan serta menciptakan semangat beramal
yang dijiwai ruh berpikir yang islami dan menjawab tantangan, serta
menyelesaikan persoalan kehidupan.” Dalam programnya, ‘Aisyiyah banyak
melakukan kegiatan berupa pengajian dan pemberian keterampilan yang tujuannya
memberdayakan potensi perempuan.
Sampai saat ini,
selain menjadi pelopor gerakan perempuan Islam di Indonesia ‘Aisyiyah juga
disebut sebagai organisasi perempuan Islam modern terbesar dan tertua di
Indonesia.[8]
b. Pemuda
Muhammadiyah
Pemuda
Muhammadiyah adalah organisasi otonom di bawah Muhammadiyah yang merupakan
sayap gerakan Muhammadiyah di kalangan pemuda. Ruang lingkup dan usaha gerakan
Pemuda Muhammadiyah yaitu gerakan dakwah amar makruf nahi munkar, gerakan
keilmuan, gerakan sosial kemasyarakatan, dan gerakan kewirausahaan.
Pemuda
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 2 Mei 1932. Maksud dan tujuan pendiriannya
adalah menghimpun, membina dan menggerakkan potensi Pemuda Islam demi
terwujudnya kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah. Pemuda Muhammadiyah memiliki motto perjuangan fastabiqul khairat yang artinya
berlomba-lomba dalam kebaikan.[9]
c. Nasyi’atul
‘Aisyiyah
Nasyiatul
‘Aisyiyah (NA) adalah organisasi otonom khusus putri di Muhammadiyah. Nasyiatul
‘Aisyiyah merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan dan keputrian. Pada awalnya Nasyiatul ‘Aisyiyah lebih dikenal
dengan sebutan siswa putri. Secara resmi, Nasyiatul ‘Aisyiyah didirikan pada
tanggal 16 Mei 1932.
Tujuan
pembentukan Nasyiatul ‘Aisyiyah adalah membentuk pribadi putri yang beguna bagi
agama, bangsa dan negara menuju terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Nasyiatul ‘Aisyiyah memiliki semboyan al-birru manittaqa yang artinya kebijakan itu bagi orang yang
bertakwa.[10]
d. Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang merupakan sayap
gerakan Muhammadiyah di tingkatan kampus. Didirikan pada tanggal 14 Maret 1964.
Motto IMM adalah: “Anggun dalam moral, unggul dalam intelektual, rajin kuliah,
aktif dalam organisasi, taat beribadah dan sukses dalam berprestasi.”
IMM dibentuk
sebagai organisasi kader yang bertujuan menghasilkan kader-kader terbaik dari
lingkungan kampus untuk mamajukan persyarikatan Muhammadiyah dalam dakwah amar
makruf nahi munkar. IMM berusaha membangun citra dan identitas organisasi
sebagai gerakan mahasiswa yang mengusung semangat intelektualitas, religiusitas
dan humanitas. Dalam mewujudkan cita-cita persyarikatan, IMM memiliki semboyan fastabiqul khairat (berlomba-lombalah
dalam kebaikan).[11]
e. Ikatan
Pelajar Muhammadiyah
Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom yang merupakan sayap gerakan
Muhammadiyah di tingkat pelajar. IPM didirikan pada tanggal 18 Juli 1961.
Tujuan IPM adalah membentuk pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia dan
terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai
organisasi pelajar, keberadaan IPM menjangkau seluruh sekolah-sekolah
Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Pimpinan IPM (tingkat ranting) didirikan di
setiap sekolah Muhammadiyah. Tapi karena UU keormasan di zaman orde baru
menyatakan bahwa satu-satunya organisasi siswa di sekolah-sekolah yang ada di
Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sementara di sekolah-sekolah
Muhammadiyah juga terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, pada tahun 1992
pemerintah menganjurkan agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan
pemerintah. Akhirnya Pimpinan Pusat (PP) IPM membentuk tim yang bertugas secara
khusus untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah dilakukan pengkajian, yang
intensif, tim merekomendasikan perubahan nama dari IPM ke Ikatan Remaja
Muhammadiyah (IRM). Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang
tragis dalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur
kooptasi dari pemerintah. Namun, perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya
semakin memperluas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya
menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti santri, anak
jalanan dan lain-lain. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat
Keputusan PP IPM Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh PP
Muhammadiyah Nomor 53/SK-IPM/IV.B/I tentang pergantian nama IPM menjadi IRM.
Setelah rezim orde baru tumbang pada tahun 1998, dalam Muktamar IRM ke-15 tahun
2006 di Medan, salah satu keputusannya adalah mengembalikan nama IRM menjadi
IPM, meski paradigma gerakannya tidak berubah.[12]
f.
Tapak Suci Putra
Muhammadiyah
Tahun
1872 lahirlah Ibrahim, anak K. H. Syuhada dari Banjarnegara yang sejak kecil
memiliki karakter pemberani dan tangguh sehingga disegani oleh kawan-kawannya.
Ibrahim mendalami pencak dan ketika menginjak usia remaja telah menunjukkan
ketangkasan pencaknya. Setelah menjadi buronan Belanda, ia berkelana sampai ke
Batavia dan selanjutnya ke Tanah Suci Mekkah. Sekembalinya dari Tanah Suci, ia
menikah dan kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Tapi
karena masih menjadi buronan Belanda, Ibrahim kemudian mengganti namanya
menjadi K. H. Busyro Syuhada. Pondok Pesantren Binorong berkembang pesat, salah
satu santrinya adalah Sudirman, yang kelak menjadi panglima besar.
Tahun 1921, K.
H. Busyro mengikuti konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta. Disana ia
bertemu dengan A. Dimyati dan M. Wahab. Dua orang kakak beradik tersebut
kemudian menyatakan ingin belajar pencak silat, dan mengangkat K. H. Busyro
sebagai guru. Aliran Pencak Silat Binorong kemudian dikembangkan di Kauman,
Yogyakarta. Apalagi setelah K. H. Busyro pindah dan menetap di kota tesebut.
Atas restu Pendekar Besar K. H. Busyro Syuhada, A. Dimyati dan M. Wahab
diizinkan untuk membuka perguruan dan menerima murid. Tahun 1925 dibukalah
Perguruan Pencak Silat di Kauman, terkenal dengan nama Cikaumaun. Perguruan
Cikauman menghasilkan pendekar-pendekar yang diantaranya kemudian mendirikan
perguruan pencak silat sendiri. M. Syamsuddin adalah murid Cikauman yang
setelah dinyatakan berhasil dan lulus, diizinkan untuk menerima murid dan mendirikan
Perguruan Seranoman. M. Zahid adalah pendekar muda dari Perguruan Seranoman
yang kemudian melahirkan seorang murid andalan bernama Moh. Barrie Irsyad, yang
kemudian mendirikan Perguruan Kasegu.
Atas desakan
murid-murid Perguruan Kasegu kepada pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk
mendirikan satu pengurus yang menggabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman,
Seranoma, dan Kasegu) yang berkembang di Kauman, maka didirikanlah Perguruan
Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. H. Jarnawi
Hadikusumo diangkat sebagai ketua umum pertama.
Tahun 1964,
ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh K. H. Badawi, Tapak Suci
diterima sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, dengan nama Tapak Suci Putra
Muhammadiyah. Secara otomatis Tapak Suci menjadi wadah silaturahmi para
pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Dengan cepat kemudian Tapak
Suci berdiri dan berkembang di seluruh tanah air. Bahkan saat ini Tapak Suci
telah menyebar ke Singapura, Belanda, Jerman, Austria dan Mesiar.
Pada waktu
lahirnya Tapak Suci telah digariskan pedoman dasar Tapak Suci sebagai berikut: Pertama, Tapak Suci berjiwa ajaran K. H.
Ahmad Dahlan. Kedua, keilmuan Tapak
Suci bersifat metodis dan dinamis. Ketiga,
keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan.
Keilmuan yang
dikembangkan di Tapak Suci mengedepankan pembinaan ragawi dan non-ragawi,
termasuk al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Motto dari Tapak Suci adalah “Dengan
Iman dan akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan akhlak saya menjadi lemah.”
g.
Hizbul Wathon
Hizbul Wathan
(HW) adalah lembaga kepanduan yang didirikan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah
dalam rangka pembinaan terhadap kader-kader mudanya. Berdirinya Hizbul Wathan
pada dasarnya adalah prakarsa K. H. Ahmad Dahlan setelah suatu hari melihat kegiatan
kepanduan dari anak-anak di Keraton Mangkunegaran Surakarta yang bergabung
dalam Javansche Padvinders Organisatie
(JPO).
Keinginan Dahlan
tersebut kemudian direalisasikan dalam wujud Padvinder Muhammadiyah pada tahun
1918. Nama Hizbul Wathan pertama kali diusulkan oleh R. H. Hajid yang berarti
golongan yang cinta tanah air. Hajid mengacu kepada sebuah nama kesatuan
tentara Mesir yang saat itu sedang berjuang mempertahankan tanah airnya dari
cengkeraman kolonialisme. Nama tersebut dimaksudkan untuk mengingat bahwa
Indonesia sedang berada dalam penguasaan kolonialisme Belanda, sehingga perlu
diperjuangkan kemerdekaannya.
Nama tersebut
mulai digunakan sejak tahun 1920. HW sendiri mengandung makna nasionalisme yang
mendalam. Hal tersebut dilandasi sebuah hadist, “Hubbul Wathan minal iman” yang berarti cinta tanah air adalah
sebagian dari Iman.
Semangat
menghidupkan kembali HW dimulai saat sidang Tanwir Muhammadiyah di Semarang,
1998. Hasil sidang Tanwir tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Pimpinan Pusat
(PP) muhammadiyah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat (SK PP)
Muhammadiyah No. 92 tanggal 18 November 1999 dan dikuatkan dengan pengesahan
pada saat Muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000. HW kemudian diberi status
sebagai organisasi otonom dalam persyarikatan Muhammadiyah.
Diaktifkannya
kembali HW diikuti dengan pemisahan diri dari Pramuka. HW merupakan kepanduan
yang terpisah dan sejajar dengan Pramuka serta memiliki kedaulatan
masing-masing. Penegasan bahwa HW tidak lagi menjadi anggota Pramuka dituangkan
dalam SK PP Muhammadiyah No. 10 tanggal 2 Februari 2003.
D.
Pembinaan
dan Pengkaderan AMM (Anggota Muda Muhammadiyah)
Pembinaan anggota.
Menjadi Anggota
muhammadiyah adalah sebuah kontrak untuk mau membina diri menjadi serang muslim
yang baik dan senantiasa menjadi lebih baik. Dari waktu ke waktu selalu membuat
standar yang lebih tinggi sehingga terbukti menjadi lebih baik.
Bila sekarang
belum bisa membaca Al-Qur'an, besok harus bisa membaca dan terbiasa membaca.
Bila sekarang shalatnya belum tertib, jarang berjama'ah, belum memahami arti
bacaannya, besok harus tertib, berjama'ah dan paham betul arti setiap
bacaannya. Bila sekarang jarang sholat Dhuha, Tahajud, Rawatib dan tidak pernah
puasa sunah,besok harus selalu sholat dhuha, tahajud, rawatib dan berpuasa
sunah. bila sekarang belum terbiasa membaca buku-buku agama dan buku-buku
positif, besok harus banyak yang dibaca. sebaliknya terhadap kebiasaan negatif.
Bila sekarang masih mempunyai kebiasaan
negatif , besok harus berhasil membuang kebiasaan negatif itu dan menggantinya
menjadi kebiasaan positif.
Pendeknya, menjadi
anggota muhammadiyah sama halnya dengan teken kontrak untuk membangun kebiasaan
baru yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya dan membuang semua kebiasaan yang tidak
disukai Allah dan Rasul-Nya.
Berikut tip untuk menyusun tujuan :
1.
Tuliskan tujuan-tujuan
anda berdasarkan tingkat kepentingan dan kemungkinan pencapaiannya.
2.
Tetapkan waktu kapan
tujuan-tujuan anda harus dicapai.
3.
Tentukan tindakan kunci
apa untuk setiap tujuan.
4.
secara terartur kaji
ulang kemajuan yang anda buat.
5.
Secara teratur kaji
ulang tujuan-tujuan anda.
Selanjutnya
pandai-pandailah menjaga semangat dan mencari ilmu untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut. Muhammadiyah menyediakan media-media untuk meningkatkan pemahaman ajaran
islam dan menjaga semangat ber-Islam. Disitulah para anggota dapat pembinaan
diri. Media itu berupa pengajian. Ada pengajian umum, pengajian anggota dan
kursus-kursus yang diselenggarakan oleh pimpinan ranting.
Pengajian Umum :
Adalah lembaga
yang sifatnya permanen untuk pembinaan dan pengajaran agama islam kepada
anggota Muhammadiyah dan masyarakat umum, dengan misi menegakkan keyakinan
tauhid yang murni, menyebarluaskan ajaran islam yang bersumber kepada Al-Qur'an
dan As-sunah, mewujudkan amal islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, dan membiasakan anggota muhammadiyah dan msyarakat umum untuk
mengkaji Al-Qur'an. Materi kajiannya adalah Al-Qur'an dan As-Sunah. Setiap
Anggota Muhammadiyah wajib mengikutinya.
Dengan pengajian umum ini,Anggota Muhammadiyah
membina diri dalam :
1.
Membiasakan diri dalam
membaca dan mempelajari Al-Qur'an sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Menjadi da'i dan
melaksanakan tugas dakwah dengan mengajak sahabat, kenalan, dan handai taula
untuk mengikuti pengajian. Ia berkewajiban mempromosikan kebaikan pengajian dan
manfaat yang luar biasa bila mengikuti.
3.
Menjaga semangat
ber-Islam dengan senantiasa berada pada komunitas orang-orang yang shalih, yang
membina diri dalam pengajian.
Pengajian Anggota
Adalah lembaga
yang sifatnya permanen untuk pembinaan anggota agar mereka dapat melaksanakan
kewajibannya dengan baik. Materinya tentang bagaimana hidup beragama dengan
baik sebagaimana dipahami oleh muhammadiyah dengan menggunakan rujukan putusan
tarjih, pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, Matan keyakinan dan cita-cita
Hidup Muhammadiyah, kepribadian Muhammadiyah, AD/ART Muhammadiyah, dan
Produk-produk Pemikiran Resmi Muhammadiyah lainnya. Setiap Anggota Muhammadiyah
wajib mengikutinya secara aktif di ranting dimana ia terdaftar.
Pimpinan Daerah
Muhammadiyah berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang diharapkan segera melakukan
registrasi ulang anggota Muhammadiyah dan mengelompokkan mereka dalam jama'ah
dengan anggota antara 15-30 orang. Setiap jama'ah menyelenggarakan pengajian
anggota secara rutin seminggu sekali.
Dengan Pengajian anggota ini, setiap
Anggota Muhammadiyah membina diri dalam :
1.
Memahami dan
mengamalkan Islam dengan berittiba' kepada Rasulullah sebagaimana paham Agama
Muhammadiyah.
2.
Menjaga semangat
Ber-islam dengan senantiasa berada pada lingkungan orang-orang shalih sesama
jama'ah pengajian.
3.
Meningkatkan komitmen
dan kemampuan dalam menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga
terwujud masyarakat islam yang sebenarnya.
4.
Menjaga semangat
berjuang menyebarluaskan ajaran islam kepada masyarakat.
Disamping senantiasa mengikuti
pengajian,seorang anggota Muhammadiyah perlu melakukan evaluasi harian terhadap
pencapaian target-target yang telah ditetapkan.[13]
Pengkaderan Anggota.
Kader Muhammadiyah
adalah anggota inti yang dioganisir secara permanen dan berkemampuan dalam
menjalankan tugas serta misi dilingkungan persyarikatan, umat, dan bangsa guna
mencapai tujuan Muhammadiyah.
Agar dapat
menjalankan fungsinya, kader muhammadiyah harus selalu berpandangan
da'wah(dakwah Oriented), berjiwa dakwah (dakwah minded), menginsyafi sepenuhnya
bahwa agama islam harus diamalkan dan diusahakan terlaksananya dalam
masyarakat, menjadikan muhammadiyah sebagai wadah dan alat untuk mengamalkan
dan memperjuangkan islam dan mampu menjadi sumber dakwah.
Pembinaan Kader
dilakukan terus menerus dan berkesinambungan di berbagai level kepemimpinan. ditingkat
ranting dilakukan dengan pengajian anggota. di tingkat cabang dengan
pengajian/kursus berkala pimpinan,dan pengajian/kursus mubaligh.Ditingkat
Daerah dengan pengajian/kursus dengan pimpinan, pengajian/kursus
mubaligh,pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran islam,dan kursus
kader. Di tingkat wilayah
pengajian/kursus berkala pimpinan,dan pengajian/kursus mubaligh/mubalighat, pembahasan
masalah agama dan pengembangan pemikiran islam, dan kursus kader.
Pengkaderan
Muhammadiyah dilaksanakan dalam bentuk Baitul Arqam,Darul Arqam, Pengajian
pimpinan, pelatihan/training khusus dan sekolah kader.
Darul
Arqam adalah suatu bentuk pengkaderan Muhammadiyah yang berorientasi kepada
pembinaan ideologi dan kepemimpinan untuk menciptakan kesamaan dan kesatuan
sikap, integritas, wawasan dan cara berpikir dikalangan pimpinan maupun anggota
persyarikatan dalam memahami dan melaksanakan misi Muhammadiyah.Tujuan umumnya
menanamkan nilai-nilai, wawasan, sikap, cara berpikir,serta meningkatkan
kemampuan dalam bidang ideologi dan kepeimpinan sesuai dengan tujuan
pengkaderan Muhammadiyah. Tujuan Khususnya agar peserta yang telah mengikuti
Darul Arqam memiliki kesamaan dan kesatuan sikap, integritas, wawasan dan cara
berpikir dalam memahami dan melaksanakan misi Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. Pelaksanaannya, ditingkat daerah
selama 3 hari 4 malam, wilayah 5 hari 6 malam, dan Pusat 7 hari 8 malam.
Baitul Arqam adalah penyederhanaan
Darul Arqam pada waktu,metode,kurikulum dan penyelenggaraannya.
Suatu
hal yang penting dalam pembinaan kader adalah senantiasa melibatkan mereka
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, dan tidak dibiarkan
mereka terlepas dari orbit gerakan. semakin inten kader terlibat dalam
kegiatan-kegiatan Muhammadiyah semakin kuat komitmen dan loyalitasnya
berMuhammadiyah. Sebaliknya, apabila kader terlepas dari orbit gerakan dengan
tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, mereka akan terlepas dari
jama'ah dan biasanya akan menjadi lemah komitmen dan loyalitasnya.[14]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Muhammadiyah
merupakan Gerakan pembaharuan
yang didirikan oleh K.H.Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912.
2. Bahwa
dalam struktur persyarikatan Muhammadiyah ada struktur secara vertikal dan
Horizontal.
3. Terdapat
beberapa organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang terdiri dari ‘Aisyiyah,
Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci, Hizbul Wathan.
4. Dan
untuk menjadi anggota muhammadiyah kita harus mau membina diri menjadi seorang
muslim yang baik dan harus tinggi menjunjung tinggi agama islam.
DAFTAR
PUSTAKA
http :
//www.ngaji-tafsir.org/2009/12/struktur-organisasimuhammadiyah.html?m=1.
Jurdi, Syarifudin. 2010. Muhammadiyah dalam Dinamika Politik
Indonesia 1966-2006.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sukaca, Agus. 2007. Gerakan Pengajian Muhammadiyah. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.
Tim Penyusun. 2015. Ensiklopedi
Muhammadiya Edisi 1. Yogyakarta : Mata Bangsa.
Tim Penyusun. 2015. Ensiklopedi
Muhammadiya Edisi 2. Yogyakarta : Mata Bangsa.
Tim Penyusun. 2015. Ensiklopedi Muhammadiyah Edisi 3.
Yogyakarta: Mata Bangsa.
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi 4. Jakarta : PT.
Gramedia
Pustaka Utama.
[1] Syarifudin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamika Politik
Indonesia 1966-2006, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 58.
[2] Ibid., hlm. 72.
[3] http :
//www.ngaji-tafsir.org/2009/12/struktur-organisasimuhammadiyah.html?m=1.
[4] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi 4, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 808.
[6] Tim Penyusun, op. cit., hlm 529-539.
[7] Tim Penyusun, Ensiklopedi Muhammadiyah Edisi 3,
(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2015), hlm. 670.
[8] Tim Penyusun, Ensiklopedi Muhammadiyah Edisi 1,
(Yogyakarta: Mata Bangsa, 2015), hlm. 98-104.
[9] Tim Penyusun, op. cit., hlm. 695-699.
[10] Ibid., hlm. 657.
[11] Tim Penyusun, Ensiklopedi
Muhammadiya Edisi 2, (Yogyakarta : Mata Bangsa, 2015), hlm. 435-436..
[12] Ibid,. Hlm. 436.
[13] Dr. H. Agus Sukaca, M.
Kes, Gerakan Pengajian Muhammadiyah,
(Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007). Hlm. 39-46.
[14] Ibid., hlm. 51-54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar